Rabu, 20 Februari 2013

Strategi Jitu, Fokus, dan Disiplin Jadi Kunci Kemenangan Milan

Milan - Kemenangan AC Milan atas Barcelona dinilai sebagai buah dari tepatnya strategi yang diusung Rossoneri, serta kedisplinan dan fokus selama 2x45 menit untuk menerapkan strategi itu.

Kurang diunggulkan atas Barca, Milan justru berhasil memetik kemenangan dalam laga leg I babak 16 besar Liga Champions. Tampil di kandang sendiri, Milan berhasil memukul Barca 2-0 di San Siro, Kamis (21/2/2013) dinihari WIB.

"Aku tegang sekali! Laga seperti ini selalu sulit diperhitungkan, tapi kami semua senang bisa meraih sebuah kemenangan bagus atas sebuah tim besar," kata kiper Milan Christian Abbiati kepada Mediaset yang dikutip Football Italia.

Milan sebenarnya sempat dalam tekanan hebat Barca yang amat mendominasi penguasaan bola--situs UEFA menyebut Barca unggul 66% berbanding 34%.

Akan tetapi Massimo Ambrosini cs bukan cuma bisa meredam lawan dalam melepaskan umpan matang atau memamerkan aksi individu, tetapi juga tampil lebih efektif. Secara disiplin, para pemain Milan pun terus-terusan mengawal daerahnya serta melakoni tugasnya masing-masing.

"Kami membuat Barca kesulitan karena kami pun bisa bikin gol di babak pertama. Kami sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk laga ini dan pelatih (Massimiliano Alegri) sudah memberi instruksi dengan tepat. Aku memuji rekan-rekanku karena para penyerang pun ikut turun membantu dan bikin Barcelona dalam tekanan."

"Kami sangat berkonsentrasi dan tidak membiarkan Barca membuat peluang, lalu bagus dalam melepaskan serangan balik. Kami tahu Barcelona akan mendominasi penguasaan bola, jadi kami menyesuaikan diri dengan hal itu dan fokus kepada menghadang umpan-umpan terobosan mereka."

"Mereka amat bagus dalam mendorong maju para gelandangnya, kadi itulah yang kami risaukan. Secara umum mereka jarang melepaskan tembakan jarak jauh, tapi kami memaksa mereka melakukannya. Di Camp Nou akan jadi pertarungan sengit lagi," lugas Abbiati.

Barca gantian menjamu Milan dalam partai leg II yang dihelat di Camp Nou pada 12 Maret mendatang.

sumber:  http://sport.detik.com/sepakbola/read

Kala Messi Mati Kutu

Milan - Kekalahan Barcelona dari AC Milan di leg pertama babak 16 besar Liga Champions boleh jadi mengejutkan. Tapi tidak juga jika melihat performa Lionel 'Si Kutu' Messi sepanjang laga yang benar-benar dibuat mati kutu.

Messi jelas jadi momok untuk barisan pertahanan Milan, tidak hanya karena di pertemuan terakhir mereka di leg kedua perempatfinal Liga Champions musim lalu membuat dua gol, tapi juga statistik golnya di fase gugur Liga Champions. Dia membuat 26 gol dan 13 di antaranya dibuat di fase perdelapanfinal.

Tapi statistik hanyalah statistik karena sepanjang 90 menit duel di San Siro, Kamis (21/2/2013) Messi benar-benar dimatikan oleh para pemain Milan. Ketika ia menguasai bola tak kurang 3-4 pemain mengurungnya di mana Massimo Ambrosini serta Riccardo Montolivo paling sering ada di dekat pesepakbola asal Argentina itu.

Alhasil sepanjang laga menurut Soccernet Messi cuma membuat dua tembakan dan hanya dibiarkan satu kali memegang bola di daerah kotak penalti Rossoneri. Messi yang kerapjadi 'Messiah' buat timnya kini gagal membawa Barca terhindar dari kekalahan dua gol tanpa balas.

Maka ini untuk kedua kalinya musim ini Messi gagal mencetak gol ketika ia jadi starter setelah terakhir kali saat Barca menang 3-1 atas Celta Vigo 3 November lalu. 'Si Kutu' benar-benar mati kutu di Milan.

sumber: http://sport.detik.com/sepakbola/read

Madrid 'Cinta Pertama'-nya, Benitez: Saya Tidak Pernah Bilang Begitu

 London - Rafael Benitez disebut-sebut tertarik menangani Real Madrid musim depan. Kabar yang mana langsung ditepis pria asal Spanyol itu sekaligus menegaskan fokusnya hanyalah membawa Chelsea berprestasi musim ini.

Awal rumor itu adalah ketika Benitez melalui situs pribadinya, rafabenitez.com, mengomentari kabar mengenai kemungkinan dirinya menjadi pelatih Madrid musim depan karena posisi Jose Mourinho saat ini tengah tak aman.

Benitez sendiri memang bukan orang baru untuk Madrid -- ia mengawali karier kepelatih sebagai asisten Vicente Del Bosque dan ia orang asli sana -- meskipun ia tenar dan sukses saat melatih Valencia serta Liverpool.

Dalam komentar asli yang berbahasa Spanyol, Benitez sempat menyebut kata-kata 'corazoncito' yang dalam bahasa Inggrisnya berarti "sweetheart" atau lebih dekat ke "first love" alias cinta pertama, yang seperti menyiratkan bahwa ia tertarik melatih di sana.

Kemudian pernyataan itu dikonfirmasi ke pria 57 tahun itu dalam acara jumpa pers jelang laga leg kedua babak 32 besar kontra Sparta Praha. Apa jawab Benitez?

"Anda tahu situs pribadi saya -- mudah diingat kok. Dan saya tidak ingin terlalu banyak publikasi, tapi Anda bisa lihat terjemahannya, ketika kita berbicara dalam bahasa Spanyol, maka terkadang akan diterjemahkan berbeda," ujar Benitez di Soccernet.

"Saya tidak mengatakan sesuatu yang diartikan mereka sebagai 'sweetheart'. Saya tidak bilang itu. Anda bisa lihat ke situs saya dan lihat versi bahasa Inggris," sambungnya.

"Saya sangat menghormati Real Madrid karena mereka punya pelatih saat ini dan saya hanya fokus pada Chelsea dan melakukan yang terbaik di sana. Itu saja. Tugasku saat ini adalah memberikan yang terbaik untuk Chelsea dan itu sudah jelas."

"Saya sudah bilang sebelumnya mengenai pekerjaan di timnas Spanyol. Saya berhubungan baik dengan Vicente Del Bosque. Saya pernah jadi asistennya di (Real Madrid); staf sekaligus temannya. (Kami berbicara) soal masa depan, usai dua atau tiga pelatih berganti -- mengapa tidak mengambil pekerjaan itu (pelatih Spanyol)? Lalu… Saya baru akan berbicara soal masa depan saya. Saat ini ya cuma Chelsea," demikian Benitez.

sumber: http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/02/21/080429/2175668/75/madrid-cinta-pertama-nya-benitez-saya-tidak-pernah-bilang-begitu?b99220370